X. Perubahan
Anatomik Pada Organon Visus
1. Palpebra
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak
mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional, terjadi
pada:
a. M.orbikularis okuli
Perubahan pada m.orbicularis menyebabkan perubahan
kedudukan palpebra yaitu terjadi entropion atau ekstropion.
Entropion/Ekstropion yang terjadi pada usia lanjut disebut entropion/ektropion
senilis/involusional. Adapun proses terjadinya mirip, namun yang membedakan
adalah perubahan pada m.orbicularis preseptal dimana pada entropion, musculus
tersebut berpindah posisi ke tepi bawah tarsus, sedangkan pada ektropion
musculus tersebut relatif stabil.
b. Retraktor palpebra inferior
Kekendoran
retraktor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi/berputar kearah
luar sehingga memperberat terjadinya entropion.
c. Tarsus
Bila
tarsus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas lebih
melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.
d. Tendo kantus medial/lateral
Perubahan involusional juga mengenai tendon kantus media/lateral sehingga
secara horizontal kekencangan palpebra berkurang. Perubahan pada jaringan palpebra juga di
perberat dengan keadaan dimana bola mata pada usia lanjut lebih enoftalmus
karena proses atropi lemak peri orbita. Akibatnya kekencangan Palpebra secara
horizontal relatif lebih nyata. Jadi apakah proses involusional tersebut
menyebabkan margo palpebra menjadi inversi atau eversi tergantung pada
perubahan perubahan yang terjadi pada m.orbicularisoculi, retraktor palpebra
inferior dan tarsus.
e. Aponeurosis muskulus levator palpebra
Aponeurosis m.levator palpebra mengalami
disinsersi dan terjadi penipisan, akibatnya terjadi blefaroptosis akuisita.
Pada usia
lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan
kerutan dan lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini biasanya di perberat
dengan terjadinya perenggangan septum orbita dan migrasi lemak preaponeurotik
ke anterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun inferior
dan disebut dengan dermatokalasis.
2. Glandula lakrimalis
2. Glandula lakrimalis
Pada usia
lanjut sering dijumpai keluhan nrocos, ini disebabkan kegagalan fungsi pompa
sistem kanalis lakrimalis oleh karena kelemahan palpebera, eversi punctum atau
malposisi palpebra. Namun sumbatan sistim kanalis lakrimalis yang sebenarnya
atau dacryostenosis sering juga dijumpai, dimana dikatakan bahwa dacryostenosis
akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria. Adapun
patogenesis yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis masih belum
jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses fibrotik dan berakibat
terjadinya sumbatan. Setelah usia 40 tahun khususnya pada wanita pasca
menopause sekresi basal kelenjar lakrimal
tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit.
Akan tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan
mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau
seperti ada pasir, mata terasa lelah dan kering bahkan kabur. Sedangkan gejala
obyektif yang didapatkan adalah konjungtiva bulbi kusam dan menebal kadang
hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan filamen. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, Tear film break up time.
3. Kornea (Cornea) Arkus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)
3. Kornea (Cornea) Arkus Senilis (Gerontoxon, Arcus Cornea)
Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai.
Keberadaan arcus senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik
sering menjadi masalah. Kelainan ini berupa infiltrasi lemak yang berwarna
keputihan, berbentuk cincin dibagian tepi kornea. Mula-mula timbulnya dibagian
inferior kemudian diikuti bagian superior berlangsung luas dan akhirnya
berbentuk cincin (anulus senilis). Etiologi arkus senilis diduga ada hubungannya
denga peningkatan kolesterol dan low density lipoprotein (LDL). Bahan yang
membentuk cincin tersebut terdiri dari ester kolesterol, kolesterol dan
gliserid. Arkus senilis mulai dijumpai pada usia 40-60 tahun dan terjadi pada
hampir pada semua orang yang berusia diatas 80 tahun dimana laki-laki lebih
awal timbulnya dibanding wanita.
4. Muskulus siliaris (Musculus Ciliaris)
4. Muskulus siliaris (Musculus Ciliaris)
Dengan bertambahnya usia, bentuk
dari muskulus siliaris mengalami perubahan. Pada masa kanak-kanak muskulus
tersebut cenderung datar, namun semakin bertambah usia seseorang serabut otot
dan jaringan ikatnya bertambah sehingga muskulus tersebut menjadi lebih tebal,
terutama bagian inferior. Proses tersebut berlanjut dan mencapai tebal maksimal
pada usia lebih kurang 45 tahun. Setelah itu terjadi proses degenerasi dimana
maskulus tersebut mengalami proses atropi, juga hialinisasi. Tampak peningkatan
jaringan ikat diantara serabut-serabut muskulus siliaris dan nukleusnya
menipis. Tampak pula butiran lemak dan deposit kalsium diantara serabut muskulus
tersebut. Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan amplitudo akamodasi dengan
manifestasi klinis yaitu presbiopia. Penurunan amplitudo akomodasi ini
dikaitkan dengan perubahan serabut lensa yang menjadi padat dan kapsulnya
kurang elastis, sehingga lensa kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk
mengatasi hal tersebut muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga mengalami
hipertropi. Proses ini terus berlanjut dengan semakin bertambahnya usia
sehingga terjadi manifestasi presbiopia.
5. Humor Aqueous
5. Humor Aqueous
Pada mata sehat dengan pemeriksaan
fluorofotometer diperkirakan produksi H.Aqueous 2,4 l+/_ 0,06 micro
liter/menit. Beberapa faktor berpengaruh pada pada produksi H.Aqueous. Dengan
pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi
penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06 micro liter/menit) tiap dekade.
6. Lensa Kristalina
6. Lensa Kristalina
Bentuk lensa cakram biconvex; berukuran diameter 9 mm dan tebal bagian
sentral 4mm. Bagian-bagiannya adalah: kapsul, korteks, nukleus. Pada usia muda
lensa tidak bernukleus, pada usia 20 tahun nucleus mulai terbentuk. Semakin
bertambah umur nuleus makin membesar dan padat, sedangkan volume lensa tetap,
sehingga bagian korteks menipis, elastisitas lensa jadi berkurang, indeks bias
berubah (membias sianar jadi lemah). Lensa yang mula-mula bening transparan,
menjadi tampak keruh (Sklerosis) berwarna kekuning-kuningan ini mungkin yang
menyebabkan kekurang mampuan membedakan warna antara biru dan purple. Kekeruhan
lensa yang disertai gangguan visus disebut katarak.
7. Iris
7. Iris
Mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami
depigmentasi tampak ada bercak berwarna muda sampai putih dan strukturnya
menjadi lebih tebal.
8. Pupil
Konstriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua terjadi 1 mm, reflek direk
lemah, kemampuan akomodasi menurun. Pupil pada orang muda menghantar sinar 6x
lebih besar dibanding orang ber-usia 80 tahun. Pada tempat yang gelap orang
yang berusia 20 tahun menerima sinar 16x lebih besar.
9. Badan
Kaca (Corpus Vitreum)
Pada usia
diatas 50 tahun badan kaca akan mengalami liquefaksi (sineresis), kavitasi
namun dibagian tepi justru menga¬lami kondensasi dan penebalan serta
lepasnya membran hyaloid dari retina maupun kapsul lensa belakang. Konsistensi
badan kaca lebih encer, dapat menimbulkan keluhan photopsia (melihat kilatan
cahaya saat ada perubahan posisi bola mata).
10. Retina
Terjadi degenerasi (Senile Degenaration). Gambaran Fundus mata yang mula-mula
merah jingga cemerlang menjadi suram dan ada jalur berpigmen (Tygroid Appearance)
terkesan seperti kulit harimau. Jumlah sel fotoreseptor berkurang sehingga
adaptasi gelap dan terang memanjang dan terjadi penyempitan lapangan pandang,
ini disebabkan terlambatnya regenerasi dari rodopsin.
11. Syaraf
Optik (Nervus Opticus)
Jumlah akson
syaraf optik berkurang dan ada penambahan jaringan ikat, warna papil Syaraf
optik lebih pucat. Atrofi peri;papiler, depigmentasi sekeliling papil
menimbulkan warna pucat sekeliling papil.
No comments:
Post a Comment