Tuesday, February 7, 2017

Perubahan-Perubahan Anatomik Organ Tubuh pada Penuaan Bag. 6

VIII. Perubahan Anatomik pada Sistem Imun. 

1. Kelenjar Timus (Glandula Thymus) 
Pemeriksaan anatomis menunjukkan bahwa ukuran maksimal kelenjar Timus terdapat pada usia pubertas sesudahnya akan mengalami proses pengecilan. Pada usia 40-50 tahun jaringan kelenjar tinggal 5-10%. Diketahui bahwa Timus merupakan kelenjar endokrin sekaligus tempat deferensiasi sel limfosit T menjadi sel imunokompeten Involusi ditandai dengan adanya infiltrasi jaringan fibrous dan lemak. Sentrum Germinativum jumlahnya berkurang dan menjadi fibrotik serta kalsifikasi. Konsekuensinya kemampuan kelenjar Timus untuk mendewasakan sel T berkurang.

2. Limpa (Lien)
Kelenjar Limfe tidak ada perubahan morfologis yang berarti hanya menunjukkan turunnya kemampuan berproliferasi dan terdapat sedikit pembesaran limpa.

IX. Perubahan Anatomik pada sistema Syaraf Pusat (Systema Nervosum Centrale). 

1.     Otak
Berat otak kurang lebih 350 gram pada saat kelahiran kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung lebih 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Neuron dapat mengirim signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Pada orang tua, Sulcus pada permukaan otak melebar sedangkan girus akan mengecil. Pada orang muda rasio antara subtansia grisea dan substansia alba 1:28, pada orang tua menurun menjadi 1:13. Terjadi penebalan meningeal, atropi cerebral (berat otak menurun 10% antara usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear & tear yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria). RNA, Mitokondria dan enzym sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil dan badan Levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole. korpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak. Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrasi, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin posisi sendi). Tampilan sensori motor untuk menghasilkan ketepatan melambat. Gangguan mekanisme mengontrol postur tubuh dan daya anti grafitasi menurun, keseimbangan dan gerakan menurun. Daya pemikiran abstrak menghilang, memori jangka pendek dan kemampuan belajar menurun, lebih kaku dalam memandang persoalan, lebih egois dan introvet.

2.     Saraf Otonom
Pusat pengendali saraf otonom adalah hipotalamus. Penelitian tentang berbagai gangguan fungsi hipotalamus pada usia lanjut saat ini sedang secara intensif dilakukan di berbagai center, yang antara lain diharapkan bisa mengungkap berbagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada lansia. Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetilkolin, atekolamin, dopamin, noradrenalin. Perubahan pada neurotransmisi pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan asetilkolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolinasetilase. Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predeposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas/dingin terganggu, otoregulasi di sirkulasi cerebral rusak sehingga mudah terjatuh.

No comments:

Post a Comment