VIII.
Perubahan Anatomik pada Sistem Imun.
1. Kelenjar
Timus (Glandula Thymus)
Pemeriksaan anatomis menunjukkan bahwa ukuran maksimal
kelenjar Timus terdapat pada usia pubertas sesudahnya akan mengalami proses
pengecilan. Pada usia 40-50 tahun jaringan kelenjar tinggal 5-10%. Diketahui
bahwa Timus merupakan kelenjar endokrin sekaligus tempat deferensiasi sel
limfosit T menjadi sel imunokompeten Involusi ditandai dengan adanya infiltrasi
jaringan fibrous dan lemak. Sentrum Germinativum jumlahnya berkurang dan
menjadi fibrotik serta kalsifikasi. Konsekuensinya kemampuan kelenjar Timus
untuk mendewasakan sel T berkurang.
2. Limpa
(Lien)
Kelenjar Limfe tidak ada perubahan morfologis yang berarti hanya
menunjukkan turunnya kemampuan berproliferasi dan terdapat sedikit pembesaran
limpa.
IX. Perubahan
Anatomik pada sistema Syaraf Pusat (Systema Nervosum Centrale).
1. Otak
Berat otak kurang lebih 350 gram pada saat kelahiran kemudian meningkat
menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-50
tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak
berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung lebih 100
million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls
listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Neuron dapat mengirim signal kepada beribu-ribu sel lain dengan
kecepatan 200 mil/jam. Pada orang tua, Sulcus pada permukaan otak melebar sedangkan
girus akan mengecil. Pada orang muda rasio antara subtansia grisea dan
substansia alba 1:28, pada orang tua menurun menjadi 1:13. Terjadi
penebalan meningeal, atropi cerebral (berat otak menurun 10% antara usia 30-70
tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul
membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi
fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin
(pigment wear & tear yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari
lisosom atau mitokondria). RNA, Mitokondria dan enzym sitoplasma menghilang,
inklusi dialin eosinofil dan badan Levy, neurofibriler menjadi kurus dan
degenerasi granulovakuole. korpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan
otak. Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada individu lebih dari 60
tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrasi, input sensorik
menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin
posisi sendi). Tampilan sensori motor untuk menghasilkan ketepatan melambat.
Gangguan mekanisme mengontrol postur tubuh dan daya anti grafitasi menurun,
keseimbangan dan gerakan menurun. Daya pemikiran abstrak menghilang, memori
jangka pendek dan kemampuan belajar menurun, lebih kaku dalam memandang
persoalan, lebih egois dan introvet.
2. Saraf Otonom
Pusat pengendali saraf otonom adalah hipotalamus. Penelitian tentang
berbagai gangguan fungsi hipotalamus pada usia lanjut saat ini sedang secara
intensif dilakukan di berbagai center, yang antara lain diharapkan bisa
mengungkap berbagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada lansia. Beberapa
hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut
adalah penurunan asetilkolin, atekolamin, dopamin, noradrenalin. Perubahan pada
neurotransmisi pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan
asetilkolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama
kolinasetilase. Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan
jumlah reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predeposisi terjadinya hipotensi
postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas/dingin terganggu,
otoregulasi di sirkulasi cerebral rusak sehingga mudah terjatuh.
No comments:
Post a Comment