Saturday, September 30, 2017

Cortical Activation Changes during Repeated Laser Stimulation : A Magnetoencephalographic Study

Ini ringkasan dari jurnal internasional yang aku baca untuk memenuhi tugas saat zaman kuliah yaitu Fisioterapi Integumen Komprehensif. Untuk lebih lengkapnya search di google scholar.

Cortical Activation Changes during Repeated Laser Stimulation : A Magnetoencephalographic Study
Published: May 10, 2011 


Low-Level Laser Therapy (LLLT) adalah teknologi yang berkembang pesat digunakan untuk mengobati orang banyak dengan kondisi yang membutuhkan stimulasi penyembuhan, menghilangkan rasa sakit dan peradangan, serta pemulihan fungsi. Meskipun kulit secara alami terkena cahaya lebih dari organ yang lain, masih dapat merespon dengan baik untuk panjang gelombang merah dan gelombang inframerah dekat. Foton diserap oleh kromofor mitokondria dalam sel-sel kulit. Akibatnya, transpor elektron, adenosin trifosfat oksida nitrat, aliran darah, peningkatan oksigen reaktif spesies, dan beragam jalur sinyal diaktifkan. Sel induk dapat diaktifkan, yang memungkinkan perbaikan jaringan meningkat dan penyembuhan. Dalam dermatologi, LLLT memiliki efek menguntungkan pada keriput, bekas jerawat, bekas luka hipertrofik, dan penyembuhan luka bakar. LLLT dapat mengurangi kerusakan akibat UV baik sebagai pengobatan dan sebagai tindakan pencegahan. Dalam gangguan pigmen seperti vitiligo, LLLT dapat meningkatkan pigmentasi dengan merangsang melanosit proliferasi dan mengurangi depigmentasi dengan menghambat autoimunitas. penyakit inflamasi seperti psoriasis dan jerawat juga bisa ditangani. Sifat non-invasif dan hampir tidak adanya efek samping mendorong pengujian lebih lanjut dalam dermatologi. LLLT tampaknya memiliki berbagai aplikasi dalam dermatologi, terutama di indikasi di mana stimulasi penyembuhan, pengurangan peradangan, pengurangan kematian sel, dan peremajaan kulit diperlukan. Penerapan LLLT pada gangguan pigmentasi dapat bekerja dua arah dengan memproduksi kedua repigmentation vitiligo dan depigmentasi dari hiperpigmentasi lesi, tergantung pada parameter dosimetrik.
Aplikasi medis utama LLLT mengurangi rasa sakit dan peradangan, menambah perbaikan jaringan dan mempromosikan regenerasi yang berbeda jaringan dan saraf, dan mencegah kerusakan jaringan dalam situasi di mana ada kemungkinan untuk terjadi. Dalam beberapa dekade terakhir, terapi laser yang nonablative telah digunakan untuk pengobatan estetika dari kerutan halus, kulit menua, dan bekas luka, proses yang dikenal sebagai photorejuvenation. Baru-baru ini, pendekatan in juga telah digunakan untuk inflamasi jerawat. LLLT melibatkan mengekspos sel atau jaringan ke tingkat rendah cahaya merah dan NIR. Proses ini disebut sebagai "low level " karena energi atau kekuatan kepadatan digunakan rendah dibandingkan dengan bentuk-bentuk lain dari terapi laser seperti ablasi, pemotongan, dan jaringan koagulasi termal. Baru-baru ini, pengobatan medis dengan LLLT pada berbagai intensitas telah ditemukan merangsang atau menghambat berbagai macam proses seluler.

Sunday, August 13, 2017

Perubahan Fungsional Pada Masa Kehamilan

1.    Perubahan Metabolisme
Karena sistem hormon berubah dan terjadi peningkatan produksi beberapa hormon termasuk hormon tiroksik, adrenokortikal dan hormon sex yang selalu bertambah sebesar 15%, menyebabkan metabolisme basal dan beban otot meningkat. 

2.   Perubahan Kardiovaskuler
Pada trimester kedua dan ketiga, cardiac output meningkat sejumlah sekitar 40% sampai post partum sebesar 50%. Volume sekuncup meningkat 20% samapai 50%, denyut jantung meningkat 20%.

3.    Perubahan Hematologi
Volume darah meningkat sekitar 45%. Adanya perubahan sistem osmoregulasi dan sistem angiotensin menyebabkan terjadinya retensi sodium dan peningkatan total body water.
Peningkatan jumlah total body water tidak diikuti dengan peningkatan eritrosit secara seimbang, eritrosit hanya meningkat sekitar 30% sehingga menimbulkan anemia fisiologis.

4.    Perubahan Respirasi
Konsumsi oksigen meningkat 20%-50%.
Ventilasi dalam 1 menit meningkat 50%.

5.    Perubahan pada Renal
Ukuran ginjal membesar.
Produksi enzim renin dan aldosteron meningkat.
Laju filtrasi glomerulus meningkat 50% pada trimester pertama.

6.    Perubahan Gastrointestinal
Peningkatan progesteron menyebabkan tonus spingter gastroesofagus menurun, sehingga terjadi sekresi gastrin. Sekresi gastrin menyebabkan hipersekresi HCl sehingga terjadi mual.
Ph Lambung kurang dari 2,5.

7.    Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Peningkatan kadar relaksin membantu persiapan kelahiran dengan melemaskan serviks, menghambat kontraksi uterus dan relaksasi dari simpisis pubis  dan sendi pelvic. Rileksasi ligamen menyebabkan peningkatan resiko cedera punggung sehingga terjadi residensi nyeri punggung bawah.

8.    Perubahan Uteroplasental
Sirkulasi yang normal dibutuhkan dalam perkembangan dan perawatan fetus. Aliran darah uterin meningkat selama kehamilan dan mencapai rata-rata 500 ml-700 ml masa ateral.

Tuesday, August 1, 2017

Perubahan-Perubahan Anatomik Organ Tubuh pada Penuaan Bag. 8 (Penutup)

XI. Perubahan Anatomik pada Organon Auditus 

Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang dimulai pada usia pertengahan. Juga dilaporkan bahwa keadaan yang sama terjadi pula pada serabut aferen dan eferen sel sensorik dari kokhlea. Disamping itu juga terdapat penurunan elastisitas membran basalis di kokhlea dan membran timpani. Pasokan darah dari reseptor neuro-sensorik mengalami gangguan, sehingga baik jalur audiotorik dan lubus temporalis otak sering terganggu, dari penjelasan diatas terlihat bahwa gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh berbagai sebab antara lain: gangguan pendengaran tipe konduktif, adalah gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalitas auditorius, membran timpani atau tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lubang telinga dari serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik. 

Kesimpulan
1. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti terjadi perubahan struktur anatomik dan fungsi sel maupun jaringan disebabkan oleh penyimpangan didalam sel/jaringan dan bukan oleh faktor luar (penyakit). Menghambat penuaan berarti mempertahankan struktur anatomi pada suatu tahapan kehidupan tertentu sepanjang mungkin maka untuk ini diperlukan penguasaan ilmu anatomi.

2.Terjadinya perubahan anatomik pada sel maupun jaringan tiap saat dalam tahapan kehidupan menunjukan bahwa anatomi adalah ilmu yang dinamis. 

3. Anatomi adalah ilmu dasar yang selalu menjadi dasar dari ilmu yang berkembang kemudian, mengembangkan ilmu anatomi berarti membina ilmu masa depan.

Ps: Terima kasih untuk bu Yulisna Mutia Sari, SST.FT., MSc (GRS) yang telah membimbing selama skripsi, yang telah menyarankan mengambil tema tentang geriatri untuk skripsi, dan yang telah mengenalkan dunia geriatri sejak semester 5. 
Selain itu, postingan tentang perubahan anatomik ini merupakan salah satu bentuk rangkuman materi geriatri yang dibuat oleh beliau untuk kuliah mahasiswanya. Semoga limpahan rezeki dan keilmuan selalu tercurahkan untuk bu nana tercinta. 
.
.
.
Our Dedication to the World of Physiotherapy Science


DAFTAR PUSTAKA 

Agoestina T. 2001. Pentingnya Terapi Sulih Hormon pada Wanita Menoupouse. Medika no. 11 Tahun XXIII, Nopember 2001. 

Best B. 2006. Mechanism of Aging://wysiwyg 1 /file/e/mechanism of Aging htm.
Brain & Aging, 2006. http://www.biorap.org/rg/rgagebrainaging. html 

Carola R, Harley JP, Noback, 1990. Human Anatomy and Physiology. McGraw-Hill Publishing Company. 

Carmel R, 1997. Cobalamin, Stomach, and Aging. Am J Clin Nutr 1997; 66: 750-9. 

Darmojo RB, 2001. A Visit to Geriatric Heart Disease (Sukaman Lecture). Medika no. 6 TahunXXVII, Juni 2001.

Darmojo RB, 2002. Penatalaksanaan Penderita Lanjut Usia secara Terpadu. Medika no. 1 tahun XXVIII, juni 2002. 

Darmojo RB, et al, 2004. Buku Ajar Geriatri.Balai Penerbit FK UI Jakarta. 

Djuwantoro D, 2006. Overactive Bladder. Patofisiologi dan Penatalaksanaan. Medika no.6 Tahun XXXI, juni 2006. 

Guttman M. The Aging Brain. http://www.usc.edu/hsc/info /pr/hmm/01spring/brain.html

Hartford JA, 2002. Aging & Sensory Function. http://www.nyu .edu/education/nursing/hartford.institute/course 

Kennard C, 2005. The Aging Brain. http.//alzheimer.about.com/ od/research 

Kodim N, 1999, Perubahan Proses Berkemih, Masalah Kesehatan Potensial pada Kelompok Usia Lanjut. Medika no. 12 Tahun XXV, Desember 1999. 

Laksmiasanti, 1987. The Pathophysiology of Brain Ischaemia. Geriatrics Symposium on Dementia and Brain Ischaemia 

Mayo Clinic Staff. 2005. Anti Aging Therapies: Too Good To be True? http://health.MSN.com/womenshealth/articlepage
 
Montagna W, Carlisle K, 1979. Structural Changes in Aging Human Skin. The Journal of Investigative Dermatology, 73: 47-53

Nair KS, 2005. Aging Muscle. Am J Clin Nutr 2005; 81:953-963. 

Nalla Rk, et al, 2004. Effect of Aging on the Toughness of Human Cortical Bone: Evaluation By R-Curves. UCRL_JRNL. 

National Institute on Aging, 2005.Skin Care and Aging, http://www.nia.nih.gov
 
Nasution I, 2003. Pendekatan Farmakologis pada Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Medika no. 3 tahun XXIX, Maret 2003. 

Nolan DE, 2006. Normal Age-Related Vision Loss and Related Services for the Elderly. http:/nubel.statsu.edu/research /donia/agng-visual changes.html

Pribakti B, 2004. Prolaps Urogenital Pasca Menoupause. Medika no. 2 Tahun XXX, Pebruari 2004. 

Reiman E, 2006. What Physical Changes Happen to The Brain? 

Russell RM, 1992. Changes in Gastrointestinal Function Attributed to Aging. Am J Clin Nutr 1992; 55:1203s-7s. 

Setiati S, 2003. Radikal Bebes, Antioksidan, dan Proses Menua. Medika no. 6 Tahun XXIX, Juni 2003. 

Siregar AH, 2006. Spa Medic Pilar Anti Aging Medicine. Cermin Dunia Kedokteran no. 150, 2006 

Situmeang R, 2000. Terapi Growtth Hormon pada Perawakan Pendek. Medika no. 11 Tahun XXVI, November 2000. 

Soejono CH, 2004. Pasien Geriatri dan Permasalahannya. Medika no.5 tahun XXX, Mei 2004. 

Subrata G, 1995. Pencegahan dan Terapi Mutakhir Osteoporosis dengan Clodronate. Medika no. 5 Tahun XXI, Mei 1995. 

Suhardjo, 1994. Pola Kelainan Mata pada Usia Lanjut. Medika no. 10 Tahun XX, Oktober 1994. 

Taslim H, 2001. Gangguan Muskuloskeletal pada Usia Lanjut. Medika no. 7 Tahun XXVII, Juli 2001. Vision and Anatomic changes with aging eye. The Eye Digest. http://www.agingeye.net 2007 01/10/2007.