VII.
Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia
A. Wanita
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan
eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
1. Vagina
Vagina mengalami kontraktur, panjang
dan lebar vagina mengalami pengecilan. Fornises menjadi dangkal, begitu pula
serviks tidak lagi menonjol ke dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina
berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah
melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia
menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitasnya
akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan
koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan
atau pengecilan genitalia eksterna.
2. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya
menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak
jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan
merata dengan dinding jaringan.
3. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput sebagai akibat atrofi dari medula,
bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata
lagi seperti anak-anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan
fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila
ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas
organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
4. Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk,
dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena
atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior
mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan
adrenal menjadi keras dan mengakibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.
Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan
rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya
dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala
menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
B. Pria
1. Prostat
Pembesaran
prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul
merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah
bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu
terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen
kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh
sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikroskopik sudah terlihat pada usia
25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia
85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50%
berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik. Kadar
dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa
reduktase yang mengkonfersi testosteron menjadi dehidrosteron. Ini yang
dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat.
Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya BPH
ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan
menderita BPH pada usia lanjut.
Penuaan pada pria tidak menyebabkan
berkurangnya ukuran dan berat testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi
nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga
sperma berkurang sampai 50% dan testosteron juga menurun. Hal ini menyebabkan
penurunan libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi
dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap
menjalankan aktifitas seksual sampai umur lanjut.
No comments:
Post a Comment