V.
Perubahan Anatomik pada Sistem Pencernaan (System Digestivus)
1. Rongga
Mulut (Cavum Oris)
a.
Gigi (Dentes) Atrial
Hilangnya
jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang terus menerus. Dimensi vertikal
wajah menjadi lebih pendek sehingga merubah penampilan/estetik fungsi
pengunyah dan meningkatkan insiden karies terutama bagian leher gigi dan
akar, karies sekunder di bawah tambalan lama. Jaringan penyangga gigi mengalami
kemunduran sehingga gigi goyang dan tanggal.
b.
Muskulus Koordinasi
Kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi pergerakan
yang tidak terkontrol dari bibir, lidah dan rahang orafacial dyskinesis.
c.
Mukosa
Jaringan
mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap, dan kering.
d.
Lidah (Lingua)
Manifestasi
yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura.
Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan.
Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap
rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan
akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah bersentuhan dengan pipi waktu
mengunyah, menelan dan berbicara.
e.
Kelenjar liur (Glandula Salivarius)
Terjadi degenerasi kelenjar liur, yang
mengakibatkan sekresi dan viskositas saliva menurun.
f.
Sendi Temporo Mandibular
Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah
terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis ini
akibat dari proses degenerasi. Dengan manifestasi adanya TM joint sound,
melemahnya otot-otot mengunyah sendi, sehingga sukar membuka mulut secara
lebar.
g.
Tulang Rahang (Os Maxilare dan Os Mandibulare)
Terdapat
resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa
gigi atau setelah pencabutan.
2.
Lambung (Ventriculus)
Terjadi atrofi
mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin
dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil,
sehingga daya tampung makanan berkurang. Proses pengubahan protein menjadi
pepton terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang, rangsang rasa lapar
juga berkurang. Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi kobalamin lebih
rendah.
3.
Usus halus (Intestinum Tenue) dan Mukosa
Usus halus mengalami atrofi,
sehingga luas permukaan berkurang, jumlah vili berkurang yang menyebabkan
penurunan proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh
pankreas dan empedu menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini menyebabkan
gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal absorbsi.
4.
Pankreas (Pancreas)
Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga
kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada lansia
sering terjadi pankreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu. Batu empedu
yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh
enzim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam
empedu.
5.
Hati (Hepar)
Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia
kurang dari 40 tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi 595
ml/menit. Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses
detoksifikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi, bilirubin dan lain sebagainya.
Dengan meningkatnya usia secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan
akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous
sehingga menyebabkan penurunan fungsi hati. Hal ini harus di ingat terutama
dalam pemberian obat-obatan.
6.
Usus Besar dan Rektum (Colon dan Rectum)
Pada colon pembuluh darah menjadi berkelok-kelok yang menyebabkan motilitas colon menurun, berakibat absobsi air dan
elektrolit meningkat sehingga feses menjadi lebih keras dan sering terjadi konstipasi.