III.
Perubahan anatomik pada sistema kardiovaskuler
1. Jantung (Cor)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia.
Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya
perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan
intima karena aterosklerosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang
disebut isolated aortic incompetence
dan terdengarnya bising pada apex cordis. Penambahan usia tidak menyebabkan
jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi
hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah (plusmn 1 gram/tahun
pada laki-laki dan plusmn 1,5 gram/tahun pada wanita). Pada daun dan cincin
katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari
jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan
kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan
ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut. Ukuran
katup jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular lebih
luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan
circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut
menyamai katup mitral, juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta.
Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran,
penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup
mitral yang sering ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi
pada daun atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik
ejeksi.
2.
Pembuluh Darah Otak
Otak
mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan arteri vertebralis.
Pembentukan plak ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio khususnya pada
pangkal arteri karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan
adanya plak ateroma juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus
termasuk fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak
hanya 2% dari berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen
konsumsi. Aliran darah serebral pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit
pada usia lanjut menurun menjadi 30cc/100gm/menit. Perubahan degeneratif yang
dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah degenerasi discus
veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan
pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer mendorong
periost yang meliputinya dan lig. intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae.
Bagian periost yang terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk
osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama spondylosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis
sehingga degenerasi diskus dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan pada
usia lanjut. Spondilosis servikalis berakibat 2 hal pada arteri vertebralis,
yaitu:
a. Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebralis dan pada posisi tertentu
bahkan dapat mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.
b. Berkurangnya panjang
kolum servikal berakibat arteri verterbralis menjadi berkelok-kelok. Pada
posisi tertentu pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi. Dengan
adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti telah
diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat
rentan terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi
jantung dan bahkan fungsi otak
3.
Pembuluh Darah Perifer.
Arterosclerosis
yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang menyebabkan
pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan ischemia
jaringan otot yang menyebabkan keluhan.
IV.Perubahan
Anatomik pada Sistem Pernafasan (System Respiratorius)
1. Dinding dada:
Tulang-tulang mengalami osteoporosis, rawan mengalami
osifikasi sehingga terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik
relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.
2. Otot-otot pernafasan:
Musuculus interkostal dan aksesori mengalami kelemahan akibat
atrofi.
3. Saluran nafas:
Akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis bronkus
dan aveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cicin rawan bronkus mengalami
pengapuran.
4. Struktur jaringan parenkim
paru:
Bronkiolus, duktus alveoris dan alveolus membesar secara
progresif, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin dinding
saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan elastisitas
jaringan parenkim paru mengurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru
pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan permukaan akibat pengurangan
daerah permukaan alveolus. Perubahan anatomi tersebut menyebabkan gangguan
fisiologi pernapasan sebagai berikut:
a.
Gerak pernafasan : adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga
dada akan merubah mekanika pernafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak
nafas, lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
b.Distribusi
gas : perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan penimbulkan
penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian
gangguan udara nafas dalam cabang bronkus.
c. Volume
dan kapasitas paru menurun : hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1)
kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun, (3)
resistensi saluaran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada
usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.
d.
Gangguan transport gas : pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara
bertahap, penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari
alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada
saat melakukan olahraga. Penurunan pengambilan O2 maksimal disebabkan antara
lain karena: (1) berbagai perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi
gas, dan (2) kerena bertkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah
jantung.
e. Gangguan perubahan ventilasi paru : pada usia lanjut terjadi
gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan
kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral atupun pusat-pusat pernafasan di
medulla oblongata dan pons terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2,
peninggian PaCO2, Perubahan pH darah arteri dan sebagainya.