Friday, April 8, 2016

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

A. PENDAHULUAN

Penyakit Paru Obstruksi Kronik [PPOK] adalah penyakit paru dengan terjadinya sumbatan aliran udara pada paru yang berlangsung lama. Dalam istilah Inggrisnya dikenal sebagai Chronic Obstructive Pulmonary Disease [COPD].  Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu gangguan pada saluran pernapasan yang umumnya mengenai perokok, selain asma dan kanker paru.
PPOK mempunyai 3 gejala umum utama, yaitu : sesak napas, batuk menahun, dan batuk berdahak. Namun pada kasus yang ringan tidak menimbulkan gejala apapun. Beberapa ciri dari PPOK yaitu :
·         biasanya dialami oleh perokok berat,
·         gejala muncul pada usia 40-an,
·         gejala semakin lama semakin bertambah buruk,
·         gejala memburuk pada musim hujan/dingin,
·         tidak ada hubungannya dengan alergi.
Gangguan obstruksi yang terjadi menimbulkan dampak buruk terhadap penderita karena menimbulkan gangguan oksigenisasi dengan segala dampaknya. Obstruksi saluran napas yang terjadi bisa bertambah berat jika ada gangguan lain seperti infeksi saluran napas dan eksaserbasi akut penyakitnya.

B. ANATOMI & FISIOLOGI

Pernapasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam jaringan atau “pernapasan dalam”, dan yang terjadi didalam paru atau “pernapasan luar”.
Normalnya, saat kita bernapas, udara akan masuk melalui hidung atau mulut, melalui tenggorokan, trakea, bronchus (cabang trachea, mengandung lendir dan cilia yang berfungsi untuk proses pembersihan udara), bronchiolus (cabang bronchus), dan kemudian ke alveoli (kantung-kantung udara di paru). Setelah itu terjadi pertukaran antara oksigen dan carbon dioksida. Oksigen akan diserap ke dalam pembuluh darah, sedangkan carbon dioksida akan dikeluarkan melalui saluran napas.

Proses yang terjadi pada pernapasan eksterna yaitu :
1.     Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2.     Arus darah melalui paru-paru.
3.     Distribusi arus udara dan arus darah, sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.
4.     Difusi gas, yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler.

Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama, yaitu kimiawi dan pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan di dalam medula oblongata sehingga mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan, yaitu yang utama oto diafragma dan intercostalis.

C. ETIOLOGI
Etiologi dari PPOK yaitu :
1.       Perokok
2.       Asap kendaraan dan asap pabrik
3.       Bakteri, yaitu Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Clamydia pneumoniae, dll.

D. PATOLOGI
Pada bronchitis chronic terjadi peradangan pada dinding saluran napas sehingga menghasilkan terlalu banyak lendir. Akibatnya saluran napas menyempit sehingga pertukaran udara di paru terganggu. Pada bronchitis chronic juga terjadi kerusakan pada cilia yang berfungsi untuk membersihkan lendir berlebihan dalam saluran napas. Pada emphysema, terjadi pembesaran dan kerusakan luas alveoli, sehingga terjadi gangguan pertukaran udara dalam paru.
Menurut Pradjnaparamita, MD., FCCP., potensi oksidan merusak jaringan paru tergantung pada pertahanan antioksidan di dalam tubuh yang terdapat di dalam sel. Antioksidan di dalam tubuh sendiri terdiri dari dua jenis, yakni antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. Keduanya mencegah akumulasi oksidan radikal dan peroksidase. Antioksidan yang tidak bekerja maksimal pada jaringan paru yang rusak akan menimbulkan gejala batuk, dahak produktif, dan sesak napas. Pada keadaan lanjut, akan mengakibatkan pertukaran gas terhambat, aliran oksigen terganggu, dan oksigenasi jaringan berkurang sehingga terjadi hipoksia kronik yang disertai gagal napas akut.

E. PATOFISIOLOGI

  1. Bronkitis kronis
Faktor pencetus penyakit ini adalah suatu iritasi kronik yang disebabkan oleh asap rokok dan polusi. Asap rokok merupakan campuran partikel dan gas. Pada tiap hembusan asap rokok terdapat 1014 radikal bebas yaitu radikal hidroksida (OH-).
Sebagian besar radikal bebas ini akan sampai di alveolus waktu menghisap rokok. Partikel ini merupakan oksidan yang dapat merusak paru. Parenkim paru yang rusak oleh oksidan terjadi karena rusaknya dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi anti elastase pada saluran napas. Anti elastase berfungsi menghambat netrofil. Oksidan menyebabkan fungsi ini terganggu, sehingga timbul kerusakan jaringan intersititial alveolus.
Partikulat dalam asap rokok dan udara terpolusi mengendap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus, sehingga menghambat aktivita silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang, sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih merangsang kelenjar mukosa. Keadaan ini ditambah dengan gangguan aktifitas silia menimbulkan gejala batuk kronik dan ekspektorasi. Produk mukus yang berlebihan memudahkan timbulnya infeksi serta menghambat proses penyembuhan, keadaan ini merupakan suatu lingkaran dengan akibat terjadi hipersekresi.
Bila iritasi dan oksidasi di saluran napas terus berlangsung maka terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan parut. Selain itu terjadi pula metaplasi skuamosa dan penebalan lapisan skuamosa. Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang bersifat irreversibel.

  1. Emfisema
Mekanismenya dibedakan menjadi 2, yaitu emfisema pan acinar dan emfisema sentri acinar. Pada jenis pan-acinar kerusakan acinar relatif difus dan dihubungkan dengan proses menua serta pengurangan permukaan alveolar. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya elastic recoil paru sehingga timbul obstruksi saluran napas. Pada jenis sentri acinar kelainan terjadi pada bronkiolus dan daerah perifer acinar, kelainan ini sangat erat hubungannya dengan asap rokok dan penyakit saluran napas perifer.

F. PENATALAKSANAAN

Penegakan diagnosis dari PPOK mencakup pemeriksaan anamnesis [pola hidup-riwayat merokok, riwayat penyakit keluarga, keluhan yang dialami, dsb], pemeriksaan fisik [pada saluran napas dan jantung], dan pemeriksaan penunjang [pemeriksaan laboratorium, rontgen dada, dan test fungsi paru].

1.     Penatalaksanaan umum
Ø  Pendidikan terhadap penderita dan keluarga
Ø  Menghindari rokok dan zat inhalasi yang bersifat iritasi
Ø  Menghindari infeksi
Ø  Lingkungan sehat
Ø  Mencukupkan kebutuhan cairan
Ø  Nutrisi yang cukup

2.     Pemberian obat-obatan
·         Bronkodilator
Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau mengurangi obstruksi saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruksi. Ada 3 golongan bronkodilator utama yaitu golongan simpatomimetik, golongan antikolinergik dan golongan xanthin; ke tiga obat ini mempunyai cara kerja yang berbeda dalam mengatasi obstruksi saluran napas. Dalam otot saluran napas persarafan langsung simpatometik hanya sedikit; meskipun banyak terdapat adenoreseptor beta dalam otot polos bronkus, reseptor ini terutama adalah beta-2. Pemberian beta agonis menimbulkan bronkodilatasi. Reseptor beta berhubungan erat dengan adenilsiklase, yaitu substansi penting yang menghasilkan siklik AMP yang menyebabkan bronkodilatasi

·         Ekspektorans dan mukolitik
Pemberian cairan yang cukup dapat mengencerkan sekret, Ekspektorans dan mukolitik seperti bromheksin, dan karboksi metil sistein diberikan pada keadaan eksaserbasi. Asetil sistem selain bersifat mukolitik juga mempunyai efek anti oksidans yang melindungi saluran napas dan kerusakan yang disebabkan oleh oksidans.

·         Antibiotika
Antibiotika yang biasanya bermanfaat adalah golongan penisilin, eritromisin
dan kotrimoksasol, biasanya diberikan selama 7­10 hari. Apabila antibiotika tidak memberikan perbaikan maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroorganisme.

  1. Terapi oksigen
Pada penderita dengan hipoksemi, yaitu Pa 02 < 55 mmHg pemberian oksigen konsentrasi rendah 1­3 liter/menit secara terus menerus memberikan perbaikan psikis, koordinasi otot, toleransi beban kerja dan pola tidur. Hipoksemi dapat mencetuskan dekompensatio kordis pada penderita PPOK terutama pada saat adanya infeksi saluran napas.

  1. Rehabilitasi
Rehabilitasi meliputi tindakan fisioterapi, rehabilitasi psikis dan pekerjaan. Fisioterapi bertujuan memobilisasi dahak dan mengendalikan kondisi fisik penderita ke tingkat yang optimal. Berbagai cara fisioterapi dapat dilakukan yaitu latihan relaksasi, latihan napas, perkusi dinding dada, drainase postural dan program uji latih. Rehabilitasi psikis berguna untuk menenangkan penderita yang cemas dan mempunyai rasa tertekan akibat penyakitnya. Sedangkan rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk memotivasi penderita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisiknya. Secara umum rehabilitasi ini bertujuan agar penderita dapat mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas yang bermanfaat sesuai dengan kemampuan penderita

No comments:

Post a Comment