A. PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronik [PPOK] adalah penyakit paru dengan
terjadinya sumbatan aliran udara pada paru yang berlangsung lama. Dalam istilah
Inggrisnya dikenal sebagai Chronic Obstructive Pulmonary Disease [COPD]. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah
satu gangguan pada saluran pernapasan yang umumnya mengenai perokok, selain
asma dan kanker paru.
PPOK mempunyai 3 gejala umum utama,
yaitu : sesak napas, batuk menahun, dan batuk berdahak. Namun pada kasus yang
ringan tidak menimbulkan gejala apapun. Beberapa ciri dari PPOK yaitu :
·
biasanya dialami oleh
perokok berat,
·
gejala muncul pada
usia 40-an,
·
gejala semakin lama
semakin bertambah buruk,
·
gejala memburuk pada
musim hujan/dingin,
·
tidak ada hubungannya
dengan alergi.
Gangguan obstruksi yang terjadi menimbulkan dampak
buruk terhadap penderita karena menimbulkan gangguan oksigenisasi dengan segala
dampaknya. Obstruksi saluran napas yang terjadi bisa bertambah berat jika ada
gangguan lain seperti infeksi saluran napas dan eksaserbasi akut penyakitnya.
B. ANATOMI & FISIOLOGI
Pernapasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam
jaringan atau “pernapasan dalam”, dan yang terjadi didalam paru atau
“pernapasan luar”.
Normalnya, saat kita bernapas, udara akan masuk melalui hidung atau
mulut, melalui tenggorokan, trakea, bronchus (cabang trachea, mengandung lendir
dan cilia yang berfungsi untuk proses pembersihan udara), bronchiolus (cabang
bronchus), dan kemudian ke alveoli (kantung-kantung udara di paru). Setelah itu
terjadi pertukaran antara oksigen dan carbon dioksida. Oksigen akan diserap ke
dalam pembuluh darah, sedangkan carbon dioksida akan dikeluarkan melalui
saluran napas.
Proses yang terjadi pada
pernapasan eksterna yaitu :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan
yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah, sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua
bagian tubuh.
4. Difusi gas, yang menembus
membran pemisah alveoli dan kapiler.
Mekanisme pernapasan
diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama, yaitu kimiawi dan pengendalian
oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan di dalam
medula oblongata sehingga mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf
spinalis ke otot pernapasan, yaitu yang utama oto diafragma dan intercostalis.
C. ETIOLOGI
Etiologi dari PPOK yaitu
:
1.
Perokok
2.
Asap kendaraan dan asap
pabrik
3.
Bakteri, yaitu
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Clamydia pneumoniae, dll.
D. PATOLOGI
Pada bronchitis chronic terjadi peradangan pada dinding saluran napas
sehingga menghasilkan terlalu banyak lendir. Akibatnya saluran napas menyempit
sehingga pertukaran udara di paru terganggu. Pada bronchitis chronic juga
terjadi kerusakan pada cilia yang berfungsi untuk membersihkan lendir
berlebihan dalam saluran napas. Pada emphysema, terjadi pembesaran dan
kerusakan luas alveoli, sehingga terjadi gangguan pertukaran udara dalam paru.
Menurut Pradjnaparamita, MD., FCCP., potensi oksidan merusak jaringan paru
tergantung pada pertahanan antioksidan di dalam tubuh yang terdapat di dalam
sel. Antioksidan di dalam tubuh sendiri terdiri dari dua jenis, yakni
antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. Keduanya mencegah akumulasi oksidan
radikal dan peroksidase. Antioksidan yang tidak bekerja maksimal pada jaringan
paru yang rusak akan menimbulkan gejala batuk, dahak produktif, dan sesak
napas. Pada keadaan lanjut, akan mengakibatkan pertukaran gas terhambat, aliran
oksigen terganggu, dan oksigenasi jaringan berkurang sehingga terjadi hipoksia
kronik yang disertai gagal napas akut.
E. PATOFISIOLOGI
- Bronkitis kronis
Faktor pencetus penyakit
ini adalah suatu iritasi kronik yang disebabkan oleh asap rokok dan polusi. Asap
rokok merupakan campuran partikel dan gas. Pada tiap hembusan
asap rokok terdapat 1014 radikal bebas yaitu
radikal hidroksida (OH-).
Sebagian besar radikal bebas ini akan sampai
di alveolus waktu
menghisap rokok. Partikel ini merupakan oksidan yang dapat
merusak paru. Parenkim paru yang rusak oleh oksidan terjadi karena rusaknya
dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi anti elastase pada saluran
napas. Anti elastase berfungsi
menghambat netrofil. Oksidan menyebabkan fungsi ini terganggu, sehingga timbul
kerusakan jaringan intersititial alveolus.
Partikulat dalam asap
rokok dan udara terpolusi mengendap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa
bronkus, sehingga menghambat aktivita silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang, sehingga iritasi pada
sel epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih merangsang kelenjar mukosa. Keadaan ini ditambah dengan
gangguan aktifitas silia menimbulkan gejala batuk kronik dan ekspektorasi.
Produk mukus yang berlebihan memudahkan timbulnya infeksi serta menghambat
proses penyembuhan, keadaan ini merupakan suatu lingkaran dengan akibat terjadi
hipersekresi.
Bila iritasi dan
oksidasi di saluran napas terus berlangsung maka terjadi erosi epitel serta
pembentukan jaringan parut. Selain itu terjadi pula metaplasi skuamosa dan
penebalan lapisan skuamosa. Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran
napas yang bersifat irreversibel.
- Emfisema
Mekanismenya dibedakan menjadi 2, yaitu emfisema pan
acinar dan emfisema sentri acinar. Pada jenis pan-acinar kerusakan acinar relatif difus dan dihubungkan
dengan proses menua serta pengurangan permukaan alveolar. Keadaan ini
menyebabkan berkurangnya elastic recoil
paru sehingga timbul obstruksi saluran napas. Pada jenis sentri acinar kelainan terjadi pada bronkiolus dan daerah perifer
acinar, kelainan ini sangat erat hubungannya dengan asap rokok dan penyakit
saluran napas perifer.
F. PENATALAKSANAAN
Penegakan diagnosis dari PPOK mencakup pemeriksaan anamnesis [pola
hidup-riwayat merokok, riwayat penyakit keluarga, keluhan yang dialami, dsb],
pemeriksaan fisik [pada saluran napas dan jantung], dan pemeriksaan penunjang
[pemeriksaan laboratorium, rontgen dada, dan test fungsi paru].
1.
Penatalaksanaan umum
Ø Pendidikan terhadap penderita dan keluarga
Ø Menghindari rokok dan zat inhalasi yang bersifat iritasi
Ø Menghindari infeksi
Ø Lingkungan sehat
Ø Mencukupkan kebutuhan cairan
Ø Nutrisi yang cukup
2.
Pemberian obat-obatan
·
Bronkodilator
Bronkodilator merupakan obat utama untuk mengatasi atau
mengurangi obstruksi saluran napas yang terdapat pada penyakit paru obstruksi.
Ada 3 golongan bronkodilator utama yaitu golongan simpatomimetik, golongan
antikolinergik dan golongan xanthin; ke tiga obat ini mempunyai cara kerja yang
berbeda dalam mengatasi obstruksi saluran napas. Dalam otot saluran napas
persarafan langsung simpatometik hanya sedikit; meskipun banyak terdapat
adenoreseptor beta dalam otot polos bronkus, reseptor ini terutama adalah
beta-2. Pemberian beta agonis menimbulkan bronkodilatasi. Reseptor beta
berhubungan erat dengan adenilsiklase, yaitu substansi penting yang
menghasilkan siklik AMP yang menyebabkan bronkodilatasi
·
Ekspektorans dan
mukolitik
Pemberian cairan yang cukup dapat mengencerkan sekret, Ekspektorans dan mukolitik seperti bromheksin, dan
karboksi metil sistein diberikan pada keadaan eksaserbasi. Asetil sistem selain
bersifat mukolitik juga mempunyai efek anti oksidans yang melindungi saluran
napas dan kerusakan yang disebabkan oleh oksidans.
·
Antibiotika
Antibiotika yang biasanya bermanfaat adalah golongan
penisilin, eritromisin
dan kotrimoksasol, biasanya diberikan selama 710 hari.
Apabila antibiotika tidak memberikan perbaikan maka perlu dilakukan pemeriksaan
mikroorganisme.
- Terapi oksigen
Pada penderita dengan hipoksemi, yaitu Pa 02 < 55 mmHg
pemberian oksigen konsentrasi rendah 13 liter/menit secara terus menerus
memberikan perbaikan psikis, koordinasi otot, toleransi beban kerja dan pola
tidur. Hipoksemi dapat mencetuskan dekompensatio kordis pada penderita PPOK
terutama pada saat adanya infeksi saluran napas.
- Rehabilitasi
Rehabilitasi meliputi tindakan fisioterapi, rehabilitasi
psikis dan pekerjaan. Fisioterapi bertujuan memobilisasi dahak dan
mengendalikan kondisi fisik penderita ke tingkat yang optimal. Berbagai cara
fisioterapi dapat dilakukan yaitu latihan relaksasi, latihan napas, perkusi
dinding dada, drainase postural dan program uji latih. Rehabilitasi psikis
berguna untuk menenangkan penderita yang cemas dan mempunyai rasa tertekan
akibat penyakitnya. Sedangkan rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk memotivasi
penderita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisiknya. Secara
umum rehabilitasi ini bertujuan agar penderita dapat mengurus diri sendiri dan
melakukan aktivitas yang bermanfaat sesuai dengan kemampuan penderita
No comments:
Post a Comment