Masih di tempat yang sama. Sebuah tempat dengan ukuran setengah dari kamar di rumahku, yang isinya seadanya dan tidur beralaskan kasur kapuk. Hari demi hari dilewati dengan tumpukan tugas, laporan, study club dan jadi tetor buat kakak tingkat dan adik tingkat. Kadang merasa kesepian saat berada di kamar, hanya ditemani kumpulan film di laptop dan list musik hp serta laptop. Merasa sangat senang saat berkumpul dan bertemu dengan teman-teman di kampus. Saat ketika merasa kesepian dan tidak ada yang mengerti, mendengar suara orangtua sudah cukup menenangkan hati. Ingin juga seperti orang lain yang memiliki pasangan, ada yang menemani, ada yang antar jemput, ada yang melindungi ketika jauh dari keluarga. Tapi kenyataan nya tidak ada yang menemani bahkan melindungi. Harus berjuang, pergi dan melindungi diri sendiri. Tidak ada tempat mengadu, tidak ada tempat untuk mencurahkan pikiran dan keluh kesah selama menjalani hari-hari sebagai mahasiswi.
Ketika homesick melanda, menjadi dilema yang tidak tertahankan. Ketika menginginkan liburan, tapi tidak ada yang menemani. Hanya bisa menghabiskan waktu di kost dan tidur ataupun hanya nonton film dari laptop. Kesepian ini membuat ada sesuatu yang hilang dari diri sebenarnya. Ketika mood sedang tidak baik, ingin rasanya ada yang menemani pergi dan membuat suasana menjadi ceria kembali.
Itu hanya angan. Satu-satunya tempat aku kembali hanya rumah ku, keluarga ku yang selalu menemani. Kekosongan dan kesepian hati ini hanya berbalas dengan kesibukan agar melupakan apa yang sedang dirasakan. Senyuman yang diberikan bukan senyum ketika kembali berkumpul dengan keluarga.
Ketika mama menanyakan seseorang yang menjaga ku, tidak ada satupun yang menjaga ku kecuali Allah SWT dan para malaikatnya. Tidak ada yang ku harapkan dan kehadiran seseorang yang hanya datang, lalu pergi entah kemana. Hanya membutuhkan orang-orang yang selalu setia tanpa lelah mendengar keluh kesah ku, amarah, dan kadang emosi akibat semua kesibukan yang dilalui. Mencoba membuka hati untuk setiap orang baru, tapi akhirnya selalu dikecewakan, dikhianati bahkan ditinggalkan.
20 tahun... umur yang jadi titik kedewasaan, pola pikir, masa depan, apapun yang kau inginkan akan kau kejar di umur tersebut. Sampai kau lupa untuk memperhatikan dirimu sendiri, ketika kau berbalik ke belakang banyak hal yang sudah kau lalui. Ingat tujuan awal mu, walau kadang merasa lelah dan putus asa karena tidak ada satu orang pun yang mengerti keadaan mu.