Friday, October 23, 2015

Empty Nest Syndrome

Istilah Empty Nest Syndrome, dapat diartikan sindrom sarang kosong (empty = kosong, nest = sarang) (Dewi, 2007).

Sindrom sarang kosong mengacu pada merasa tekanan, kesedihan, dan atau duka cita yang dialami oleh orangtua setelah anak-anaknya meninggalkan rumah setelah dewasa atau berumah tangga. Hal ini dapat terjadi ketika anak-anaknya pergi karena kuliah atau menikah (Cushman, 2005).

Sindrom sarang kosong ini lebih banyak dirasakan oleh wanita karena sebagian waktu mereka dihabiskan di rumah dan selalu berinteraksi dengan anak-anak. Namun ini tidak berarti bahwa pria benar-benar kebal terhadap sindrom sarang kosong. Pria dapat mengalami perasaan yang sama dan merasakan kerugian mengenai keberangkatan anak-anak mereka. Kondisi ini bisa lebih buruk jika bersamaan dengan menopause, pensiun atau kematian pasangan (Webber, 2005).

Sindrom ini tidak hanya dirasakan oleh orangtua yang ditinggal pergi anaknya kuliah ataupun menikah, tapi juga dirasakan pada para lansia. Gejala-gejala yang umum dijumpai pada kasus usia lanjut dengan perasaan kehilangan dan kesedihan antara lain Nugroho (2000) :

a. Tahap I : merasa shock atau terpukul dan tidak berdaya. Hampir semua tingkah laku yang bersifat merusak merupakan sikap penyesuaian pada tahap ini.

b. Tahap II : munculnya kesadaran akan peristiwa kehilangan tersebut, kemungkinan klien usia lanjut akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang peristiwa kehilangan yang dialami. Tingkah laku penyesuaian diri, yaitu dari mengakui peristiwa kehilangan tersebut serta pengaruhnya terhadap seseorang.

c. Tahap III : pulih kembali, tingkah laku yang tampak, misalnya kemampuan untuk memahami dan menghayati kehilangan tersebut. Selain itu, melanjutkan kegiatan hidupnya sehari-hari dengan cara-cara baru. Merencanakan masa depannya dengan mengingat kembali kejadian baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut secara realistis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesepian dan isolasi sosial pada usia lanjut menurut Stevens et al. (1999) terdapat enam faktor yang dapat mendukung terjadinya kesepian dan isolasi sosial dalam kehidupan usia lanjut antara lain :

a. Perpisahan : Usia lanjut kadang-kadang mendapatkan perasaan bahwa seakan-akan kehidupan di dunia ini jauh mendahului mereka. Mereka kehilangan hubungan dengan segala perkembangan yang baru, yang bergerak lebih maju dari pada sebelumnya. Waktu yang diperlukan bagi usia lanjut untuk menyesuaikan diri tidak secepat perkembangan yang ada.

b. Masa pensiun : Bekerja memainkan peranan yang penting dalam hidup manusia. Dapat diartikan sebagai usia lanjut belum dapat atau belum siap meninggalkan pekerjaan mereka. Kerja memberi arti pada hidup usia lanjut. Bekerja berarti mampunyai teman sejawat, mendapat penghargaan, memproduksi sesuatu demi kepentingan orang banyak.

c. Situasi tempat tinggal usia lanjut : Perkembangan yang ada dalam paruh kedua dari abad ke-20 ini membawa akibat bahwa para usia lanjut lebih mengutamakan hidup mandiri, dan jika diperlukan nanti akan menggunakan bantuan-bantuan yang bersifat professional, hal ini antara lain disebabkan karena adanya proses individualisasi yang terus berkembang, adanya rumah-rumah yang lebih kecil, adanya mobilitas keluarga yang lebih besar dan adanya kemampuan financial yang lebih baik (Stevens, 1999).

d. Hubungan : Orang yang usia lanjut secara perlahan-lahan akan kehilangan hubungan atau relasi dengan keadaan sekitarnya. Setelah kehilangan seorang sejawat, sering juga diiringi dengan hilangnya tetangga dan anggota keluarga. Meninggalnya pasangan hidup dan orang yang telah bersama dengannya berbagi berbagai pengalaman hidup sering mempunyai pengaruh yang sangat besar. Hal ini dapat membangkitkan perasaan bahwa semua orang yang telah ia percayai saat ini tidak ada lagi.

e. Posisi financial : Posisi financial (keuangan) pada usia lanjut menjadi tidak baik. Banyak diantara mereka tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dalam masyarakat karena kekurangan dana dan keuangan.

f. Posisi sosial : Perasaan kesepian dan isolasi sosial merupakan akibat yang sering dialami usia lanjut dalam kehidupan bersama. Usia lanjut adalah orang-orang dari generasi yang lalu dan orang muda adalah orang-orang yang memiliki hari depan, ini adalah kata-kata yang membuktikan seberapa sedikitnya penghargaan dan penghormatan terhadap usia lanjut yang diberikan oleh masyarakat yang ada sekarang ini. Dalam dunia politik usia lanjut lebih banyak dianggap sebagai suatu masalah, tanpa ada suatu keinginan untuk mengambil langkah-langkah bagi perbaikan situasi usia lanjut ini yang makin lama makin besar jumlahnya. Sebagai alasannya adalah bahwa pihak yang berwenang tidak mempunyai dana dalam hal ini (Stevens, 1999).

Kemiskinan dan adanya kesenjangan kekuasaan di dalam kehidupan mewarnai periode ini. Dalam perkembangan sekitar tahun enam puluhan, dimana sebagian besar masa-masa kerja mereka telah lewat. Bagi mereka kemudian diupayakan pemikiran untuk diadakan pengaturan maupun pengaruhan. Generasi usia lanjut sekarang lebih dapat dan mampu mengatur dan menuntut kemerdekaan mereka. Mereka sudah lebih terbiasa dengan cara-cara sekarang dalam mengajukan tuntutan maupun protes. Di samping itu jaminan pensiun yang mereka terima akan mungkin lebih baik dari yang lalu (Stevens, 1999).

No comments:

Post a Comment