Istilah Empty Nest Syndrome, dapat diartikan sindrom
sarang kosong (empty = kosong, nest = sarang) (Dewi, 2007).
Sindrom sarang kosong mengacu pada merasa tekanan, kesedihan, dan atau
duka cita yang dialami oleh orangtua setelah anak-anaknya meninggalkan
rumah setelah dewasa atau berumah tangga. Hal ini dapat terjadi ketika
anak-anaknya pergi karena kuliah atau menikah (Cushman, 2005).
Sindrom sarang kosong ini lebih banyak dirasakan oleh wanita
karena sebagian waktu mereka dihabiskan di rumah dan selalu berinteraksi
dengan anak-anak. Namun ini tidak berarti bahwa pria benar-benar kebal
terhadap sindrom sarang kosong. Pria dapat mengalami perasaan yang sama
dan merasakan kerugian mengenai keberangkatan anak-anak mereka. Kondisi
ini bisa lebih buruk jika bersamaan dengan menopause, pensiun atau
kematian pasangan (Webber, 2005).
Sindrom ini tidak
hanya dirasakan oleh orangtua yang ditinggal pergi anaknya kuliah
ataupun menikah, tapi juga dirasakan pada para lansia. Gejala-gejala
yang umum dijumpai pada kasus usia lanjut dengan perasaan kehilangan dan
kesedihan antara lain Nugroho (2000) :
a. Tahap I : merasa shock
atau terpukul dan tidak berdaya. Hampir semua tingkah laku yang
bersifat merusak merupakan sikap penyesuaian pada tahap ini.
b.
Tahap II : munculnya kesadaran akan peristiwa kehilangan tersebut,
kemungkinan klien usia lanjut akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang peristiwa kehilangan yang dialami. Tingkah laku penyesuaian
diri, yaitu dari mengakui peristiwa kehilangan tersebut serta
pengaruhnya terhadap seseorang.
c. Tahap III : pulih kembali,
tingkah laku yang tampak, misalnya kemampuan untuk memahami dan
menghayati kehilangan tersebut. Selain itu, melanjutkan kegiatan
hidupnya sehari-hari dengan cara-cara baru. Merencanakan masa depannya
dengan mengingat kembali kejadian baik yang menyenangkan maupun yang
menyedihkan yang diakibatkan oleh peristiwa tersebut secara realistis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesepian dan
isolasi sosial pada usia lanjut menurut Stevens et al. (1999) terdapat
enam faktor yang dapat mendukung terjadinya kesepian dan isolasi sosial
dalam kehidupan usia lanjut antara lain :
a. Perpisahan : Usia
lanjut kadang-kadang mendapatkan perasaan bahwa seakan-akan kehidupan di
dunia ini jauh mendahului mereka. Mereka kehilangan hubungan dengan
segala perkembangan yang baru, yang bergerak lebih maju dari pada
sebelumnya. Waktu yang diperlukan bagi usia lanjut untuk menyesuaikan
diri tidak secepat perkembangan yang ada.
b. Masa pensiun :
Bekerja memainkan peranan yang penting dalam hidup manusia. Dapat
diartikan sebagai usia lanjut belum dapat atau belum siap meninggalkan
pekerjaan mereka. Kerja memberi arti pada hidup usia lanjut. Bekerja
berarti mampunyai teman sejawat, mendapat penghargaan, memproduksi
sesuatu demi kepentingan orang banyak.
c. Situasi tempat tinggal
usia lanjut : Perkembangan yang ada dalam paruh kedua dari abad ke-20
ini membawa akibat bahwa para usia lanjut lebih mengutamakan hidup
mandiri, dan jika diperlukan nanti akan menggunakan bantuan-bantuan yang
bersifat professional, hal ini antara lain disebabkan karena adanya
proses individualisasi yang terus berkembang, adanya rumah-rumah yang
lebih kecil, adanya mobilitas keluarga yang lebih besar dan adanya
kemampuan financial yang lebih baik (Stevens, 1999).
d. Hubungan :
Orang yang usia lanjut secara perlahan-lahan akan kehilangan hubungan
atau relasi dengan keadaan sekitarnya. Setelah kehilangan seorang
sejawat, sering juga diiringi dengan hilangnya tetangga dan anggota
keluarga. Meninggalnya pasangan hidup dan orang yang telah bersama
dengannya berbagi berbagai pengalaman hidup sering mempunyai pengaruh
yang sangat besar. Hal ini dapat membangkitkan perasaan bahwa semua
orang yang telah ia percayai saat ini tidak ada lagi.
e. Posisi
financial : Posisi financial (keuangan) pada usia lanjut menjadi tidak
baik. Banyak diantara mereka tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada dalam masyarakat karena kekurangan dana dan keuangan.
f.
Posisi sosial : Perasaan kesepian dan isolasi sosial merupakan
akibat yang sering dialami usia lanjut dalam kehidupan bersama. Usia
lanjut adalah orang-orang dari generasi yang lalu dan orang muda adalah
orang-orang yang memiliki hari depan, ini adalah kata-kata yang
membuktikan seberapa sedikitnya penghargaan dan penghormatan terhadap
usia lanjut yang diberikan oleh masyarakat yang ada sekarang ini. Dalam
dunia politik usia lanjut lebih banyak dianggap sebagai suatu masalah,
tanpa ada suatu keinginan untuk mengambil langkah-langkah bagi perbaikan
situasi usia lanjut ini yang makin lama makin besar jumlahnya. Sebagai
alasannya adalah bahwa pihak yang berwenang tidak mempunyai dana dalam
hal ini (Stevens, 1999).
Kemiskinan dan adanya
kesenjangan kekuasaan di dalam kehidupan mewarnai periode ini. Dalam
perkembangan sekitar tahun enam puluhan, dimana sebagian besar masa-masa
kerja mereka telah lewat. Bagi mereka kemudian diupayakan pemikiran
untuk diadakan pengaturan maupun pengaruhan. Generasi usia lanjut
sekarang lebih dapat dan mampu mengatur dan menuntut kemerdekaan mereka.
Mereka sudah lebih terbiasa dengan cara-cara sekarang dalam mengajukan
tuntutan maupun protes. Di samping itu jaminan pensiun yang mereka
terima akan mungkin lebih baik dari yang lalu (Stevens, 1999).
No comments:
Post a Comment