Monday, June 22, 2015

Stability Reflex

Stabilitas adalah resistensi terhadap perubahan dalam percepatan tubuh atau lebih tepat ketahanan terhadap gangguan keseimbangan tubuh. Stabilitas dapat ditingkatkan dengan menentukan pusat tubuh, mengubah secara wajar gravitasi.
Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam
menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah posisi (Huxham et al., 2001).
Stability reflex menjadi aktif terutama jika seseorang kehilangan posisi yang stabil dikarenakan oleh fluktuasi atau gerakan yang tidak terduga, misalnya mobil yang direm mendadak, dan gerakan perahu di laut.  Stability Reflex disebabkan oleh perubahan-perubahan sebagai berikut :
a.  Posisi permukaan (lantai)
b.  Posisi tubuh dalam ruang
c.   Gerakan
Berdasarkan Teori Sistem, stabilitas postural tidak hanya dipengaruhi oleh sistem indra saja, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak sistem antara lain, sistem musculosceletal, sistem neuromuscular, sistem sensory, dan sistem adaptive
(Cheng, 2010).
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa disebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun
posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.
Manusia mempertahankan posisinya berdiri tegak dan adanya pengaruh gravitasi yang menarik kearah bumi, maka persoalan stabilitas masih tetap ada. Situasi dimana tubuh manusia tidak menyesuaikan diri terhadap respon gaya gravitasi adalah ketika berada pada posisi tidur.


Bidang tumpuan dengan tingkat stabilitas yang bervariasi

Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap stabilitas adalah ukuran bidang tumpuan, letak garis gravitasi terhadap bidang tumpuan, dan ketinggian titik berat. Sebuah benda tetap mempertahankan equilibriumnya selama garis gravitasinya (proyeksi titik berat badannya) jatuh dalam bidang tumpuannya. Bila gaya yang menahan tubuh adalah gaya gravitasi yang mengarah ke bawah, semakin dekat garis gravitasinya terhadap pusat bidang tumpuan, maka akan semakin besar stabilitasnya. Dan sebaliknya, semakin dekat garis gravitasi dengan margin bidang tumpuan, maka semakin kurang stabil (unstable).




Semakin besar massa tubuh, semakin besar stabilitasnya. Pada seluruh aktivitas olahraga yang melibatkan kontak fisik, semakin berat seorang atlet akan semakin stabil daripada seorang atlet yang ringan tubuhnya. Bila seluruh faktor-faktor dipertimbangkan, maka massa hanya merupakan factor yang kurang berpengaruh dibandingkan dengan letak garis gravitasi dan ketinggian titik berat badan.
Gesekan merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap stabilitas, terutama dengan ukuran bidang tumpuan. Gesekan sangat berpengaruh ketika benda dalam keadaan bergerak atau dipengaruhi oleh gaya eksternal. Kurangnya gesekan akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan kestabilan, seperti pada saat berjalan diatas permukaan es, pemain golf menggunakan sepatu khusus, dan pemain basket menggunakan sepatu yang beralaskan karet.
Stabilitas maksimum dari sebuah benda yang bersegmen akan diperoleh jika titik berat seluruh segmen berada pada garis vertical yang terpusat pada bidang tumpuannya. Dalam susunan persendian, seperti pada tubuh manusia, salah satu segmen tidak dapat salaing tergelincir dengan segmen lainnya. Beban eksternal tambahan pada tubuh, seperti pada saat membawa buku atau koper, dianggap sebagai tambahan sebuah segmen. Segmen tambahan ini akan menambah massa terhadap tubuh dan oleh karenanya akan mengubah stabilitas tubuh. Meskipun yang lebih penting adalah tetap pengaruh ketinggian titik berat dan letak garis gravitasinya. Titik beratnya akan dipindahkan kearah beban tambahan dan oleh karenanya garis gravitasi berpindah.
Prinsip-prinsip stabilitas, yaitu :
a.  Prinsip I
Semakin rendah titik berat suatu benda, maka akan semakin besar stabilitas benda tersebut.
Contoh : Pegulat tetap mempertahankan stabilitasnya dengan menurunkan titik berat badannya.
b.  Prinsip II
Stabilitas yang lebih besar diperoleh jika bidang tumpuan diperlebar kearah garis gayanya (arah bekerjanya gaya).
Contoh : Ketika menangkap bola baseball yang dilempar dengan kecepatan tinggi, maka melebarkan bidang tumpuan searah dengan arah gaya bola akan memudahkan catcher menangkapnya. Dengan cara ini, memberikan jarak yang lebih besar untuk menurunkan atau menghentikan lajunya bola.
c.   Prinsip III
Untuk stabilitas maksimum, maka garis gravitasi harus memotong bidang tumpuan pada satu titik yang akan memudahkan ruang gerak yang lebih besar dalam daerah bidang kearah gaya yang menyebabkan gerak.
Contoh : Seorang pemain tarik tambang memiringkan tubuhnya ke belakang untuk menyiapkan absorpsi tarikan ke depan yang kuat dari lawannya.
d.  Prinsip IV
Semakin besar massa suatu benda, maka semakin besar stabilitas benda tersebut.
Contoh : Dalam olahraga dimana hambatan terhadap benturan merupakan factor penting, misalnya American Football, maka pemain yang memiliki massa tubuh besar kemungkinan besar lebih mampu mempertahankan stabilitasnya, dibanding dengan pemain yang kurang berat.
Core stability berhubungan dengan bagian tubuh yang dibatasi oleh dinding perut, pelvis, punggung bagian bawah dan diafragma serta kemampuannya untuk menstabilkan tubuh selama gerakan. Otot-otot utama yang terlibat meliputi transversus abdominis, obliques internal dan eksternal, Quadratus lumborum dan diafragma. Sangat penting dalam memberikan kekuatan core stability saat bergerak dan mengangkat beban (Ludmilla et al. 2003).
Core stability merupakan salah satu faktor penting dalam postural set. Dalam kenyataanya core stability menggambarkan kemampuan untuk mengontrol atau mengendalikan posisi dan gerakan sentral pada tubuh diantaranya: head and
neck alignment, alignment of vertebral column thorax and pelvic stability/mobility, ankle dan strategi hip (Barr et al., 2005). Core stability merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien (Ahmadi et al.,2012).
Latihan core stability akan membatu memelihara postur yang baik dalam melakukan gerak serta menjadi dasar untuk semua gerakan pada lengan dan tungkai. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan stabilitas postur (aktifasi otot core stability) yang optimal, maka mobilitas pada ektremitas dapat dilakukan dengan efisien. Menurut (Kibler, 2006), Peningkatan pola aktivasi core stability juga menghasilkan peningkatan level aktivasi pada ekstremitas atau anggota gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau menggerakkan ekstremitas.
Core stability memerlukan gerakan thrunk control dalam 3 bidang. Dalam
mempertahankan stabilitas semua bidang gerak otot-otot teraktifasi dalam pola yang berbeda dari fungsi utamanya. Diantaranya Otot Quadratus Lumborum fungsi utamanya sebagai stabilisator saat aktifasi dari bidang frontal. Aktivasi Otot Quadratus Lumborum terjadi pada gabungan dengan fleksi, ektensi dan lateral fleksi untuk menopang spine dalam bidang gerak, sehingga membuatnya lebih dari sekedar stabilisasi pada bidang frontal (Kahle, 2009).
Otot-otot pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan Intra
Abdominal Pressure (IAP) dan memberikan rigiditas cylinder untuk menopang thrunk, menurunkan beban pada otot-otot spine dan meningkatkan stabilitas thrunk. Kontribusi diafragma pada Intra Abdominal Pressure (IAP) penting sebelum menginervasi gerakan-gerakan dari extermitas atau anggota gerak, sehingga thrunk menjadi stabil. Kontraksi otot abdominal menghasilkan sebuah rigid cylinder yang meningkatkan kekakuan (stiffness) dari lumbar spine. Otot Rectus Abdominalis dan Oblique abdominal mengaktivasi pola yang spesifik dengan berperan penting terhadap gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural support
sebelum anggota gerak bawah bergerak (Hopkins, 2009).
Dalam hal ini, spine (core of the body) terjadi stabilisasi sebelum adanya
gerakan-gerakan pada anggota gerak yang terjadi untuk membuat angggota gerak
menjadi lebih stabil dalam melakukan gerakan dan aktifitas otot. Pada sebagian kecil, short muscle seperti Otot Multifidus yang memberikan stabilisasi otot-otot pada single joint maupun multiple joint berfungsi untuk bekerja lebih efisien dalam mengontrol gerakan spine.
Dalam membentuk base of support yang baik juga dipengaruhi gabungan struktur hip dan pelvic dari keduanya. Hip dan pelvic terdapat gabungan otot-otot besar pada daerah crosssectional. Seperti halnya Otot Gluteus merupakan stabilisator dari thrunk sampai kedasar kaki dan menyediakan power untuk gerakan melangkah kedepan. Area hip atau thrunk juga mengkontribusi sekitar 50% energi kinetik dan force sepenuhnya untuk gerakan mengayun (Fredericson et al., 2005).
Pada latihan core stability dikenal ada yang disebut dengan kinetik chain yang bekerja pada saat :
a. Kontrol secara optimal
b. Mendistribusikan tekanan yang merata
c. Mengefisienkan semua gerakan secara optimal
d. Tanpa latihan yang berlebihan
e. Tanpa melakukan gerakan yang berlebihan/penekanan
f. sendi dalam keadaan stabil
g. kontrol neuromuscular
Dalam core stability ini selalu melibatkan tiga sistem antara lain :
a. Sistem Otot
b. Sistem Persendian
c. Sistem Saraf
Core stability memiliki banyak manfaat, yaitu :
a.  Kemampuan fungsional menjadi lebih baik untuk membantu meningkatkan aktivitas kehidupan sehari-hari.
b.  Peningkatan kinerja dalam olahraga (berenang, sepeda dan lari).
c.   Pengurangan resiko cedera.



DAFTAR PUSTAKA
Postural Control Kontrol Postur. (April 2012). Retrieved from http://zahstraces.blogspot.com/2012/04/postural-control-kontrol-postur.html



No comments:

Post a Comment