Stabilitas adalah resistensi terhadap perubahan dalam
percepatan tubuh atau lebih tepat ketahanan terhadap gangguan keseimbangan
tubuh. Stabilitas dapat ditingkatkan dengan menentukan pusat tubuh, mengubah
secara wajar gravitasi.
Equilibrium adalah sebuah bagian penting
dari pergerakan tubuh dalam
menjaga tubuh tetap
stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah posisi (Huxham
et al.,
2001).
Stability
reflex menjadi aktif terutama jika
seseorang kehilangan posisi yang stabil dikarenakan oleh
fluktuasi atau gerakan yang tidak terduga, misalnya mobil yang direm mendadak, dan
gerakan perahu di laut. Stability Reflex disebabkan oleh perubahan-perubahan sebagai berikut :
a. Posisi
permukaan (lantai)
b. Posisi
tubuh dalam ruang
c. Gerakan
Berdasarkan Teori Sistem, stabilitas postural tidak hanya
dipengaruhi oleh sistem indra saja, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak sistem
antara lain, sistem musculosceletal, sistem neuromuscular, sistem sensory, dan
sistem adaptive
(Cheng, 2010).
Postur adalah posisi atau
sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan tubuh dalam
posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat
gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa disebut dengan ayunan tubuh.
Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan
yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of
pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh
faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri
dapat dilihat kesimetrisannya dengan kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi
tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun
posisi ini dapat dikatakan
sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena
seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.
Manusia
mempertahankan posisinya berdiri tegak dan adanya pengaruh gravitasi yang
menarik kearah bumi, maka persoalan stabilitas masih tetap ada. Situasi dimana
tubuh manusia tidak menyesuaikan diri terhadap respon gaya gravitasi adalah
ketika berada pada posisi tidur.
Bidang tumpuan dengan tingkat stabilitas yang bervariasi
Faktor-faktor
yang sangat berpengaruh terhadap stabilitas adalah ukuran bidang tumpuan, letak
garis gravitasi terhadap bidang tumpuan, dan ketinggian titik berat. Sebuah
benda tetap mempertahankan equilibriumnya selama garis gravitasinya (proyeksi
titik berat badannya) jatuh dalam bidang tumpuannya. Bila gaya yang menahan
tubuh adalah gaya gravitasi yang mengarah ke bawah, semakin dekat garis
gravitasinya terhadap pusat bidang tumpuan, maka akan semakin besar
stabilitasnya. Dan sebaliknya, semakin dekat garis gravitasi dengan margin
bidang tumpuan, maka semakin kurang stabil (unstable).
Semakin
besar massa tubuh, semakin besar stabilitasnya. Pada seluruh aktivitas olahraga
yang melibatkan kontak fisik, semakin berat seorang atlet akan semakin stabil
daripada seorang atlet yang ringan tubuhnya. Bila seluruh faktor-faktor
dipertimbangkan, maka massa hanya merupakan factor yang kurang berpengaruh
dibandingkan dengan letak garis gravitasi dan ketinggian titik berat badan.
Gesekan
merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap stabilitas, terutama
dengan ukuran bidang tumpuan. Gesekan sangat berpengaruh ketika benda dalam
keadaan bergerak atau dipengaruhi oleh gaya eksternal. Kurangnya gesekan akan
mengalami kesulitan untuk mempertahankan kestabilan, seperti pada saat berjalan
diatas permukaan es, pemain golf menggunakan sepatu khusus, dan pemain basket
menggunakan sepatu yang beralaskan karet.
Stabilitas
maksimum dari sebuah benda yang bersegmen akan diperoleh jika titik berat
seluruh segmen berada pada garis vertical yang terpusat pada bidang tumpuannya.
Dalam susunan persendian, seperti pada tubuh manusia, salah satu segmen tidak
dapat salaing tergelincir dengan segmen lainnya. Beban eksternal tambahan pada
tubuh, seperti pada saat membawa buku atau koper, dianggap sebagai tambahan
sebuah segmen. Segmen tambahan ini akan menambah massa terhadap tubuh dan oleh
karenanya akan mengubah stabilitas tubuh. Meskipun yang lebih penting adalah
tetap pengaruh ketinggian titik berat dan letak garis gravitasinya. Titik
beratnya akan dipindahkan kearah beban tambahan dan oleh karenanya garis
gravitasi berpindah.
Prinsip-prinsip
stabilitas, yaitu :
a. Prinsip
I
Semakin
rendah titik berat suatu benda, maka akan semakin besar stabilitas benda
tersebut.
Contoh
: Pegulat tetap mempertahankan stabilitasnya dengan menurunkan titik berat
badannya.
b. Prinsip
II
Stabilitas
yang lebih besar diperoleh jika bidang tumpuan diperlebar kearah garis gayanya
(arah bekerjanya gaya).
Contoh
: Ketika menangkap bola baseball yang dilempar dengan kecepatan tinggi, maka melebarkan
bidang tumpuan searah dengan arah gaya bola akan memudahkan catcher
menangkapnya. Dengan cara ini, memberikan jarak yang lebih besar untuk
menurunkan atau menghentikan lajunya bola.
c.
Prinsip III
Untuk
stabilitas maksimum, maka garis gravitasi harus memotong bidang tumpuan pada
satu titik yang akan memudahkan ruang gerak yang lebih besar dalam daerah
bidang kearah gaya yang menyebabkan gerak.
Contoh
: Seorang pemain tarik tambang memiringkan tubuhnya ke belakang untuk
menyiapkan absorpsi tarikan ke depan yang kuat dari lawannya.
d. Prinsip
IV
Semakin
besar massa suatu benda, maka semakin besar stabilitas benda tersebut.
Contoh : Dalam olahraga dimana hambatan
terhadap benturan merupakan factor penting, misalnya American Football, maka
pemain yang memiliki massa tubuh besar kemungkinan besar lebih mampu
mempertahankan stabilitasnya, dibanding dengan pemain yang kurang berat.
Core
stability berhubungan dengan bagian tubuh yang dibatasi oleh dinding
perut, pelvis, punggung bagian bawah dan diafragma serta kemampuannya untuk
menstabilkan tubuh selama gerakan. Otot-otot utama yang terlibat meliputi transversus
abdominis, obliques internal dan eksternal, Quadratus lumborum dan
diafragma. Sangat penting dalam memberikan kekuatan core stability saat
bergerak dan mengangkat beban (Ludmilla et al. 2003).
Core
stability merupakan salah satu faktor penting dalam postural set. Dalam
kenyataanya core stability menggambarkan kemampuan untuk mengontrol atau
mengendalikan posisi dan gerakan sentral pada tubuh diantaranya: head and
neck alignment,
alignment of vertebral column thorax and pelvic stability/mobility, ankle dan
strategi hip (Barr et al., 2005). Core stability merupakan
komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk
memaksimalkan aktivitas secara efisien (Ahmadi et al.,2012).
Latihan
core stability akan membatu memelihara postur yang baik dalam melakukan
gerak serta menjadi dasar untuk semua gerakan pada lengan dan tungkai. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hanya dengan stabilitas postur (aktifasi otot core
stability) yang optimal, maka mobilitas pada ektremitas dapat dilakukan dengan
efisien. Menurut (Kibler, 2006), Peningkatan pola aktivasi core stability
juga menghasilkan peningkatan level aktivasi pada ekstremitas atau anggota
gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau menggerakkan
ekstremitas.
Core
stability memerlukan gerakan thrunk control dalam 3 bidang. Dalam
mempertahankan
stabilitas semua bidang gerak otot-otot teraktifasi dalam pola yang berbeda
dari fungsi utamanya. Diantaranya Otot Quadratus Lumborum fungsi
utamanya sebagai stabilisator saat aktifasi dari bidang frontal. Aktivasi Otot
Quadratus Lumborum terjadi pada gabungan dengan fleksi, ektensi dan lateral
fleksi untuk menopang spine dalam bidang gerak, sehingga membuatnya lebih dari
sekedar stabilisasi pada bidang frontal (Kahle, 2009).
Otot-otot
pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan Intra
Abdominal
Pressure (IAP) dan memberikan rigiditas cylinder untuk menopang thrunk,
menurunkan beban pada otot-otot spine dan meningkatkan stabilitas thrunk.
Kontribusi diafragma pada Intra Abdominal Pressure (IAP) penting sebelum
menginervasi gerakan-gerakan dari extermitas atau anggota gerak, sehingga
thrunk menjadi stabil. Kontraksi otot abdominal menghasilkan sebuah rigid
cylinder yang meningkatkan kekakuan (stiffness) dari lumbar spine. Otot Rectus
Abdominalis dan Oblique abdominal mengaktivasi pola yang spesifik dengan
berperan penting terhadap gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan
postural support
sebelum anggota gerak
bawah bergerak (Hopkins, 2009).
Dalam
hal ini, spine (core of the body) terjadi stabilisasi sebelum adanya
gerakan-gerakan pada
anggota gerak yang terjadi untuk membuat angggota gerak
menjadi lebih stabil
dalam melakukan gerakan dan aktifitas otot. Pada sebagian kecil, short muscle
seperti Otot Multifidus yang memberikan stabilisasi otot-otot pada single joint
maupun multiple joint berfungsi untuk bekerja lebih efisien dalam mengontrol
gerakan spine.
Dalam
membentuk base of support yang baik juga dipengaruhi gabungan struktur hip dan pelvic
dari keduanya. Hip dan pelvic terdapat gabungan otot-otot besar pada daerah
crosssectional. Seperti halnya Otot Gluteus merupakan stabilisator dari thrunk
sampai kedasar kaki dan menyediakan power untuk gerakan melangkah kedepan. Area
hip atau thrunk juga mengkontribusi sekitar 50% energi kinetik dan force
sepenuhnya untuk gerakan mengayun (Fredericson et al., 2005).
Pada
latihan core stability dikenal ada yang disebut dengan kinetik chain yang bekerja
pada saat :
a. Kontrol secara
optimal
b. Mendistribusikan
tekanan yang merata
c. Mengefisienkan
semua gerakan secara optimal
d. Tanpa latihan yang
berlebihan
e. Tanpa melakukan
gerakan yang berlebihan/penekanan
f. sendi dalam
keadaan stabil
g. kontrol
neuromuscular
Dalam
core stability ini selalu melibatkan tiga sistem antara lain :
a. Sistem Otot
b. Sistem Persendian
c. Sistem Saraf
Core
stability memiliki banyak manfaat, yaitu :
a. Kemampuan
fungsional menjadi lebih baik untuk membantu meningkatkan aktivitas kehidupan
sehari-hari.
b. Peningkatan
kinerja dalam olahraga (berenang, sepeda dan lari).
c.
Pengurangan resiko cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Positioning
and Handling to Foster Motor Function. Retrieved from https://www.us.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9780721604275/Chapter_5_Positioning_and_Handling_to_Foster_Motor_Function.pdf
Perkembangan
Gerak Refleks. Retrieved from http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Yudanto,%20S.Pd.%20Jas.%20M.Pd./MATERI%20PM%207.%20PERKEMBANGAN%20GERAK%20REFLEKS.pdf
Titik
berat dan Stabilitas. Biomekanika Olahraga. Retrieved from http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KEPELATIHAN/196510171992031-YADI_SUNARYADI/Biomekanika_Olahraga/TITIK_BERAT_DAN_STABILITAS.pdf
Postural Control Kontrol Postur.
(April 2012). Retrieved from http://zahstraces.blogspot.com/2012/04/postural-control-kontrol-postur.html
No comments:
Post a Comment